PKMU I



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hidup Mahasiswa! 
Hidup Rakyat Indonesia!

Rangkaian PKM UNJ 2016 tengah berlangsung. Dimulai dari Pra PKM UNJ pada Jumat, 10 Juni 2016 di lobby Gedung Sertifikasi Guru, Kampus A UNJ. Disini, para peserta diberi arahan mengenai perjalanan yang akan dilalui selama PKM UNJ ke deppan. Beberapa hal yang dilakukan antara lain pembuatan tata tertib, pembagian kelompok, dan penugasan individu maupun kelompok. Rangkaian ini berlanjut dengan kegiatan PKMU I yang berlangsung selama 3 hari berturut-turut.


PKMU I Hari 1

Hari pertama PKMU I terlaksana pada Jumat, 17 Juni 2016 di Kampus E UNJ, Setiabudi, Jakarta Selatan. Acara ini dibuka pukul 13.30 oleh MC, dilanjutkan dengan tilawah dari salah satu peserta pria, dan sambutan dari Kak Bagus Tito Wibisono selaku Ketua BEM UNJ 2016. Kak Bagus menyampaikan bahwa mahasiswa UNJ terkenal dengan tawadhu-nya, dididik untuk merakyat, namun tetap penuh semangat. Beliau menyampaikan pesan kepada peserta bahwa selama perjalanan PKM UNJ ini tidak akan ada  penghargaan, piala, sanjungan, dan sebagainya. Tidak akan ada. Yang ada hanya pahit. Rasakan saja, silahkan alami sendiri, katanya. Namun, sebagai seorang muslim, harusnya kita tetap teguh di jalan kebenaran. Sabar menjalaninya. Mainkan peran sebagai mahaiswa. Lihat hasilnya nanti, di belakang, setelah semua usaha dilakukan. Entah di dunia ataupun di akhirat. Jangan lupa bahagia, pesannya.

Setelah sambutan dari Kak Bagus, acara dilanjutkan dengan materi dari Bapak Muhammad Tri Andika Kurniawan. Biasa dipanggil Pak Andika. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua BEM UI tahun 2007, silam. Kini bekerja sebagai dosen di Universitas Bakrie dan menjabat sebagai salah satu anggota dewan. Materi yang disampaikan oleh beliau adalah Manajemen Isu dan Opini Publik.

Pak Andika menyampaikan bahwa menurut Locke’s Law, opini adalah hukum yang paling dipercaya oleh publik. Opini dipandang besar oleh masyarakat. Kuat dan kejamnya opini, dapat menghadirkan persepsi bahkan setelah proses hukum berlangsung. Oleh karena itu, opini merupakan alat yang bagus untuk mencapai kepentingan bagi sebagian orang. 

Selanjutnya dibahas perbedaan antara publik dan massa. Publik adalah kelompok masyarakat yang terorganisir, lebih solid dari massa, tercerdaskan, tercerahkan. Publik dihadapkan pada permasalahan, yang setelahnya mereka akan berbagi pendapat tentang cara pemecahan masalah tersebut. Publik akan terlibat diskusi mengenai persoalan yang sedang terjadi. Sedangkan massa, kebalikan dari publik. Massa adalah kelompok masyarakat yang ikatannya relatif longgar, tidak terstruktur.

Ada beberapa elemen opini publik, di antaranya:
·         *Ada isu                                   
·         *Publik dan isu
·         *Pembelahan posisi publik
·         *Muncul opini
·         *Pelibatan aktor publik

Opini publik berpengaruh besar terhadap perkembangan isu dan berujung pada kebijakan publik.
Opini publik mampu mendorong publik menjadi diam, hal ini disebut spiral of silence. Mendorong terciptanya kelompok minoritas yang tidak berani bicara pada khalayak, untuk menyuarakan pendapat. Faktor yang paling berpengaruh dalam terciptanya spiral of silence adalah media. Media mampu memberikan propaganda yang luar biasa untuk menjadikan segolongan orang menjadi minoritas dan takut untuk menyampaikan pendapat. Media berhubungan dengan opini, publikasi, dan berujung pada hiperrealitas, yaitu membaurkan. Media membaurkan rekayasa dan fakta, fakta dan realita, masa lalu dan masa kini. 

Hiperrealitas menciptakan kondisi dimana publik akhirnya tidak dapat membedakan antara kebenaran sejati dan kebenaran semu. Inilah salah satu tanda berhasilnya opini publik, publik tidak bisa membedakan rekayasa dan realita. Dampak dari hiperrealitas antara lain adalah terjadinya inflasi informasi, muncul generasi instan, disinformasi, serta mengesampingkan dimensi moral.

Di akhir materinya, Pak Andika memberikan ucapan apresiasi pada seluruh mahasiswa yang masih mau menjadi aktivis di sela padatnya kegiatan kuliah. Beliau menyampaikan, ada gerakan mahasiswa saja, masih tidak terdengar beritanya. Bagaimana jika tidak ada gerakan sama sekali? Semangat dan terus lanjutkan perjuangan di jalan ini!


 PKMU I Hari 2

Hari kedua PKMU I dilaksanakan pada Sabtu, 18 Juni 2016 di Aula Daksinapati, Gedung FIP, Kampus A UNJ. Materi hari kedua yaitu Rekayasa Sosial, disajikan oleh Jonru Ginting. Beliau menjelaskan, mahasiswa memiliki beberapa hal yang menunjang untuk menjadi agen perubahan. Di antaranya adalah kekuatan (ilmu, jabatan, uang, pikiran, keahlian, teknologi, prestasi, informasi, karya, pengabdian, dan kharisma), leadership, moralitas, dan mentalitas (percaya diri, pantang menyerah, disiplin, konsisten, semangat, karakter).

Senjata mahasiswa untuk melakukan rekayasa sosial bisa melalui public speaking, tulisan, inovasi, dan kekuasaan. Karakter kebanyakan masyarakat Indonesia mudah dipengaruhi oleh tokoh karismatik. Rekayasa sosial dapat mudah dilakukan dengan mengajak tokoh karismatik untuk ikut andil di dalamnya.
Rekayasa sosial juga ada dalam ajaran Islam, yaitu berdakwah. Mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran. Dakwah menjadi kewajiban bagi setiap muslim, dilakukan untuk menghasilkan pengaruh dan mengubah lingkungan. "Sampaikanlah walau hanya satu ayat." Pesan yang diberikan adalah, “Anda tidak perlu menjadi hebat untuk memulai. Namun mulailah, maka Anda akan menjadi hebat. Bersyukur, manfaatkan yang telah dimiliki untuk melakukan rekayasa sosial.  


PKMU I Hari 3

Hari terakhir rangkaian PKMU I dilaksanakan di ruang 1.6-1.7, Kampus Timur UNJ. Minggu pagi, 19 Juni 2016 menjadi waktu terlaksananya agenda kebaikan ini. Agenda ini dibuka oleh MC dan dilanjutkan dengan tilawah oleh perwakilan peserta. Selanjutnya, Solehudin selaku ketua pelaksana memberikan sambutan dan semangat untuk para peserta PKM UNJ 2016.

Materi pada hari ketiga dimulai pukul 10.15 dan dibawakan oleh Bapak Moses Caesar Assa. Beliau adalah staf ahli Komisi 1 DPR RI. Materi yang beliau sampaikan adalah Counter Intellegence. Sebelum memaparkan materi, Bapak Moses memutarkan cuplikan film Pearl Harbour. Selama pemutaran cuplikan film ini, beliau menjelaskan bahwa film ini menunjukkan pentingnya Counter Intellegence

Counter intellegence atau biasa disebut kontra intelejen adalah pencegahan agar pihak musuh tidak mendapatkan informasi yang dapat membahayakan keamanan, melalui penerapan siasat yang menggunakan metode yang bertentangan (kontra) dengan pihak musuh. Counter intellegence pula lah yang mengubah poros perang dunia II. 

Diktum Shuzu berbunyi, kenalilah musuh kalian, kenaliah diri kalian.

Salah satu tugas counter intellegence adalah menginterpretasikan sinyal-sinyal, data, atau informasi-informasi yang ada, untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi yang diperlukan biasanya ada di sekitar kita dan didapat secara bebas, di antaranya melalui koran, radio, internet, dan sebagainya. Pengamatan lingkungan juga dapat menjadi data untuk pengambilan keputusan.

Teknologi merupakan hal yang penting dalam counter intellegence, namun lebih penting lagi adalah "man behind the gun", orang yang menggunakan teknologi tersebut. Selain itu, timing dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan. Pengambilan keputusan bisa didasarkan pada kejadian yang telah lalu dan hal-hal yang terjadi di masa kini. 

Konflik yang sering kita amati,  berhubungan dengan energi. Contohnya adalah perebutan wilayah penghasil minyak. Seiring pertumbuhan penduduk dunia yang sedemikian pesat, diperkirakan akan terjadi pergeseran konflik di masa depan. Dari konflik energi ke konflik bahan pangan. Dari negara-negara penghasil minyak ke negara di garis ekuator. Negara yang berada di garis ekuator seperti Indonesia dan Brazil, mempunyai tanah yang subur. Negara-negara ini kaya akan sumber daya alam hayati untuk bahan pangan masyarakatnya. Namun negara lain? Dengan lingkungan alam yang tidak kaya SDA, mereka butuh bahan pangan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Kebutuhan ini bisa didapat dengan mencarinya ke negara-negara ekuator. Diperkirakan akan terjadi migrasi besar-besaran.  Menurut data, terdapat 2,5 milyar penduduk yang tinggal di negara ekuator. Sedangkan sekitar 9,8 milyar lainnya tinggal di negara bukan ekuator. 

Sebagai bentuk dari counter intellegence, masyarakat Indonesia diharapkan waspada terhadap ancaman yang mungkin datang. Bahaya yang mungkin muncul bisa melalui ancaman militer, non militer, maupun hibrida (gabungan keduanya). Dibutuhkan sikap bela negara untuk mempertahankan keamanan negara dari segala bentuk ancaman. Empat hal yang perlu ditumbuhkan adalah cinta tanah air, sadar, yakin, dan rela. Mahasiswa sebagai pemuda harapan bangsa, perlu mengambil peran dalam mengajak masyarakat untuk bersama mengembangkan sikap cinta tanah air demi menjaga keutuhan dan keamanan bangsa Indonesia.

Hari ketiga selesai bersamaan dengan kumandang adzan Dzuhur.

Selesainya materi hari ketiga PKMU I menandakan berakhir pula rangkaian PKMU I.
 Begitu banyak pelajaran yang didapat selama tiga hari ini. See you in PKMU II!

Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
  

Ella Novita
Pendidikan Matematika
Kelompok 7

Komentar