PKMU III



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar para pembaca yang budiman? Hehehe *ini model jadul banget ya?*

Masih setia, kan menunggu kabar di blog ini???

Blognya seorang warga Sunter yang bergolongan darah AB. #abaikan yang satu itu :D

Pada kiriman kali ini, saya masih akan melanjutkan tulisan mengenai laporan kegiatan PKMU. Bagian ini merupakan akhir pelatihan. PKMU part 3. Berisi aksi nyata membangun bangsa. Yaps, chapter ini akan berisi cerita seputar pengabdian masyarakat yang kami (re: peserta PKMUNJ) lakukan selama satu minggu, tanggal 17 hingga 23 Juli 2016.

Minggu, 17 Juli 2016

            Berbekal alamat dan rute yang telah diberikan panitia untuk menuju lokasi PKMU 3, saya yang diantar Ayah mencoba menyusuri lekuk jalan Jakarta Timur ditemani sinar matahari yang mulai menyengat dahi. Kenapa diantar Ayah? Karena panitia memberi syarat bahwa peserta tidak diizinkan membawa kendaraan pribadi sampai ke lokasi. Mengingat banyaknya angkutan umum yang harus dinaiki untuk sampai disana, serta jejeran uang kertas yang entah telah pergi kemana, saya putuskan untuk meminta Ayah mengantar. Hehe, :D. 

Lokasi yang dijadikan titik kumpul adalah tempat yang sama sekali tak terlintas dalam benak. Dimanakah itu? TPU Pondok Kelapa. Pemakaman, meeeennnn. Huaaaaa. Hal apa yang telah disiapkan panitia, ya? Setelah sampai disana, terlihat ada dua orang panitia yang sedang menunggu peserta, untuk selanjutnya mengarahkan ke tempat pengabdian masyarakat sesungguhnya. Kampung Rawadas, Pondok Kopi, Jakarta Timur. Silahkan bayangkan, ada pemukiman penduduk, kampung lebih tepatnya, yang berada dalam area TPU. 

Kami berkumpul di saung terlebih dahulu. Setelah acara dibuka, panitia memberikan sedikit penjelasan yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari tokoh masyarakat setempat. Setelahnya, peserta diminta untuk berpencar bersama kelompok masing-masing, menganalisis keadaan di Kampung Rawadas. Berhubung anggota kelompok 7 yang lain belum hadir, saya bergabung dengan kelompok lain yang juga minim anggota, >.< . Kami mewawancarai beberapa ibu dan berbincang seputar kehidupan keseharian keluarga mereka disana.

Pukul 11.00, semua peserta diminta berkumpul kembali di saung. Kami membahas masalah yang dihadapi penduduk disana untuk akhirnya menentukan bentuk pengabdian yang akan dilakukan. Melalui musyawarah mufakat, didapatlah hasil bahwa kami akan mempercantik saung belajar disana dan membangun tempat sampah utama. Saung tersebut boleh dikatakan menjadi pusat pergerakan pencerdasan di Kampung Rawadas. Setiap harinya digunakan untuk belajar agama anak-anak dan ibu-ibu Kampung Rawadas.. Tempat sampah, merupakan kebutuhan vital disana. Kami berniat membangun tempat sampah yang bisa digunakan sekaligus sebagai tempat pembakarannya. Panjang tempat sampah tersebut mencapai kurang lebih tujuh meter. Setelah sepakat dengan hal tersebut, panitia memberikan waktu dua jam kepada kami untuk mengumpulkan dana demi lancarnya pelaksanaan pengabdian masyarakat tersebut. Total dana yang harus dihimpun adalah Rp34.000.000. Sekali lagi, tiga puluh empat juta rupiah. Mantaaapppp! Setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan dua juta rupiah. Kelompok 7? Semangaaaaaaaaaattttttttttttttttttttt!!!!!!!!!!!! (9^.^)9

Siang itu Nilam, salah satu anggota kelompok 7, datang setelah selesai dengan urusannya di tempat lain. Kami berdua berjalan ke arah luar area TPU sambil memikirkan cara untuk bisa mengumpulkan dana. Akhirnya kami duduk di salah satu tempat tunggu yang berbentuk seperti halte di dalam area TPU dan menyebarkan info mengenai penggalangan dana untuk pembangunan Kampung Rawadas. Alhamdulillah, sore itu dana yang berhasil dihimpun kelompok kami mencapai Rp500.000. 

Senin, 18 Juli 2016

Siang ini datang ke Kampung Rawadas dengan mengendarai motor sendiri. Kenapa baru hadir di siang hari? Paginya saya harus ke sekolah tempat PKM untuk mengikuti upacara hari pertama masuk sekolah. Siang itu, kami berkenalan dengan anak-anak uang sedang mengaji. Sebagian peserta PKMUNJ berkumpul untuk pembagian tugas selama seminggu ini. Saya mendapat tanggung jawab untuk menjadi bagian dari tim pengajaran. Setiap harinya di jam setengah 1 siang, kami akan mengajar anak-anak Kampung Rawadas mengenai berbagai macam hal. Konsep pun kami susun bersama. Hari ini belum ada kegiatan lebih lanjut.

Selasa-Jum’at, 19-22 Juli 2016

Saung menjadi basecamp kami. Tim pengajaran berkumpul setiap harinya untuk briefing, pelaksanaan, dan evaluasi pengajaran yang telah dilakukan. Pada hari pertama, kami mengajar mengenai cita-cita. Selanjutnya belajar menggambar, mewarnai, juga melakukan percobaan sains sederhana yang mengasyikkan. Di sore hari, kami rutin melakukan danus untuk mencapai target yang diberikan. Hari Jum’at, 22 Juli 2016, anak-anak belajar menari untuk tampil di acara penutupan pengabdian masyarakat Kampung Rawadas. Senang rasanya telah berada bersama mereka di satu minggu ini.

Sabtu. 23 Juli 2016

Penutupan Pengabdian Masyarakat di Kampung Rawadas

            Panggung telah didirikan. Semua warga Kampung Rawadas duduk berkumpul di sekitar panggung. WR3 UNJ pun menghadiri acara hari ini. Mulai dari sambutan, lomba mewarnai untuk anak-anak, penulisan harapan untuk saung baru, makan bersama, hingga pembagian hadiah dilalui dengan penuh suka cita. Hari ini berlalu dengan sangat indah.

Bahagia adalah rasa yang hadir ketika ketulusan telah kau berikan. Satu minggu pulang pergi ke kampung ini menjadi cerita yang tak kan pernah terlupa. Pemakaman menjadi pemandangan yang dilihat tiap harinya. Memacu motor lebih jauh dari biasanya. Beraktivitas lebih banyak dari biasanya (karena dilakukan di tengah libur semester, hehe :D). Berangkat pagi dan selalu pulang malam. Hingga jadi ketagihan sekuteng. Hmm... nikmat sekali disantap malam hari sesampainya di rumah. Menghangatkan tubuh dan mencegah masuk angin. Terlebih seminggu ini sering kehujanan. Tidur pun lebih sedikit dari biasanya. Namun karena semua dilakukan dengan hati yang semangat, maka semua itu bukan hambatan. Disuguhkan senyum tiap harinya oleh penduduk Kampung Rawadas, disambut riang anak-anak disana, dan terus berada di antara orang-orang hebat, adalah pengalaman sempurna yang sarat makna.

Pelatihan Kempemimpinan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (PKMUNJ) 2016 mengajarkan banyak hal. Membuka mata lebih lebar terhadap keadaan sekitar. Merasakan lebih peka terhadap keresahan warga. Membuka hati lebih luas dan ikhlas untuk membantu sesama. Kritis dengan kebijakan negara. Tidak melulu soal diri sendiri, namun arti diri untuk mengabdi. Belajar bahwa bangsa Indonesia butuh pemuda yang berkualitas. Pemuda yang mau bergerak demi kemaslahatan ummat. Belajar bahwa rakyat tidak terlalu menyoal siapa dirimu, tapi seberapa bermanfaat kehadiranmu.

Mau merasakan sensasi yang serupa? Ikut PKMUNJ 2017, ya! 



Sekian sharingnya. Semoga ada hal yang bisa dijadikan bahan refleksi diri. Yuk jadi pemuda yang bermanfaat. 


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

#PemudaYang DirindukanBangsa

#PKMUNJ2016

Ella Novita
Kelompok 7

Komentar